Papua Pegunungan — Di tengah keterbatasan akses pendidikan di pedalaman Papua, Neas Wanimbo muncul sebagai salah satu pemuda yang konsisten memperjuangkan literasi. Melalui gerakan Hano Wene—yang berarti “berita baik”—Neas menghadirkan taman baca dan ruang belajar bagi anak-anak di wilayah yang sulit dijangkau.
Gerakan ini lahir dari keresahannya sejak kecil melihat minimnya guru dan bahan bacaan di kampungnya. Bersama rekan-rekannya, ia mulai membangun taman baca pada 2018 dan memperluas aksi hingga ke sejumlah kampung di Yahukimo. Hano Wene kini memiliki berbagai program, termasuk pengiriman ribuan buku melalui Books For Better Papua, pelatihan relawan, hingga penyediaan buku paket untuk sekolah.
Perjalanan membawa buku ke pedalaman bukan perkara mudah. Medan terjal, keterbatasan biaya, dan jarak yang jauh menjadi tantangan utama. Namun, Neas terus melanjutkan misinya karena ia yakin setiap anak Papua berhak mendapat akses pendidikan setara. Upaya tersebut membuahkan hasil. Pada 2024, angka buta aksara di Yahukimo berhasil ditekan signifikan, dan Hano Wene kini menaungi 11 taman baca serta mendukung ratusan anak dengan fasilitas belajar.
Selain literasi, Hano Wene juga melaksanakan program makan bergizi, belajar baca-tulis berbasis bahasa lokal, hingga kegiatan inspirasi bagi generasi muda. Meski masih kekurangan donatur tetap dan sering menghadapi kendala logistik, Neas dan tim percaya kolaborasi berbagai pihak dapat memperkuat masa depan pendidikan Papua.
Dengan dedikasi dan konsistensinya, Neas Wanimbo—penerima SATU Indonesia Award 2024—terus menjadi penggerak utama harapan baru bagi anak-anak di pedalaman Papua.
