Mimika – Tokoh Papua Tengah, Willem Wandik, menyampaikan keprihatinannya atas berlanjutnya konflik antarsuku di Distrik Kwamki Narama, Kabupaten Mimika. Pertikaian yang telah berlangsung hampir dua bulan sejak Oktober kembali menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta benda.
Wandik, yang pernah terlibat dalam proses penyelesaian konflik Kwamki Narama pada 2017, menyesalkan kekerasan kembali terulang. Ia menegaskan bahwa kondisi ini dapat dihentikan apabila kedua pihak menahan diri dan membuka ruang dialog.
Ia mengapresiasi langkah Kapolda Papua Tengah Brigjen Pol Alfred Papare dan Pemerintah Kabupaten Puncak yang turun langsung ke lokasi untuk memediasi perdamaian. Wandik menilai kehadiran aparat keamanan dan pemerintah merupakan upaya nyata untuk menciptakan ketenangan.
“Kita selalu berdoa untuk kedamaian. Kalau perang terus, kita sendiri yang jadi korban. Orang Papua akan habis di tanah kita sendiri,” ujarnya.
Ketua Harian DPD Golkar Papua Tengah itu menekankan bahwa kedua kelompok yang berkonflik sesungguhnya masih berada dalam satu rumpun keluarga besar. Ia menilai budaya konflik tidak boleh terus dipertahankan, terutama di era yang menuntut stabilitas sosial.
“Ini budaya yang tidak bisa dipertahankan. Zaman sudah berubah, bukan zaman perang lagi. Dengan hati yang sedih, saya meminta kedua pihak untuk berhenti dan menyerahkan masalah ini kepada hukum,” katanya.
Sebagai anak adat Kabupaten Puncak, Wandik mendorong pemerintah daerah dan lembaga terkait untuk menyusun regulasi khusus guna mencegah konflik serupa. Ia meminta Pemerintah Provinsi Papua Tengah, para bupati, MRP, dan DPRK Papua Tengah segera menyusun Peraturan Daerah Khusus (Perdasus) tentang mekanisme penanganan konflik budaya dan antarsuku.
Menurutnya, Perdasus tersebut harus memberi kewenangan lebih kuat kepada aparat penegak hukum untuk menindak pelaku provokasi maupun pelanggaran yang memicu konflik.
“Dalam Perdasus harus jelas: jika ada pelanggaran, pelaku wajib ditangkap dan dikenakan hukum positif. Ini penting untuk memberikan keadilan bagi korban dan menyelamatkan generasi mendatang,” tegasnya.
Wandik juga meminta Pemerintah Kabupaten Mimika, termasuk Kapolres Mimika, agar lebih tegas dan proaktif menangani konflik di Kwamki Narama. Ia mengingatkan bahwa banyak warga di distrik tersebut berasal dari Kabupaten Puncak dan berhak hidup aman serta sejahtera.
“Warga Kwamki Narama adalah bagian dari kita. Mimika ini tempat mencari kehidupan, sehingga harus dijaga bersama,” ujarnya.
Menjelang perayaan Natal, Wandik mengajak kedua belah pihak menghentikan pertikaian dan menyerahkan proses hukum kepada aparat.
“Untuk saudara-saudara saya di Kwamki Narama, mari berdamai. Jangan angkat panah terus. Serahkan pelaku kepada aparat. Kita sudah memasuki bulan Desember, saatnya menyambut Raja Damai dengan hati yang damai,” serunya.
