Jakarta, 29 April 2025 — Tembakan di Tengah Misi Kemanusiaan, DPR RI Kecam Aksi Brutal KKB terhadap Rombongan Komnas HAM Perwakilan Papua di Provinsi Papua Barat.
Di tengah upaya tulus menegakkan keadilan dan melindungi hak asasi manusia, sebuah tragedi nyaris terjadi di Papua. Rombongan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia perwakilan Papua (Komnas HAM-PAPUA) yang tengah menjalankan misi kemanusiaan nyaris menjadi korban peluru panas yang dilepaskan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Teluk Bintuni.
Insiden memilukan itu memicu reaksi keras dari Anggota Komisi I DPR RI, TB Hasanuddin. Dengan nada tegas yang mencerminkan kekecewaan mendalam, Hasanuddin menyebut tindakan KKB sebagai “brutal” dan “ancaman nyata terhadap lembaga negara yang sah”. Baginya, ini bukan sekadar serangan terhadap individu, melainkan serangan terhadap kehormatan dan martabat negara.
“Ini jelas tindakan brutal yang mengancam kerja lembaga negara. Pemerintah harus bertindak tegas,” ujar Hasanuddin, Selasa (29/4), dalam keterangan tertulis yang sarat keprihatinan.
Komnas HAM, kata politikus PDI Perjuangan itu, hadir di Papua bukan untuk mengangkat senjata, tapi untuk mendengar, merangkul, dan mencari keadilan bagi mereka yang mungkin terpinggirkan. Bahwa rombongan itu harus berhadapan dengan tembakan, saat sedang menjalankan misi kemanusiaan, adalah hal yang tak bisa diterima akal sehat.
Frits Ramandey, Kepala Komnas HAM Perwakilan Papua, bersama rombongan dan personel kepolisian, nyaris menjadi korban saat mereka sedang melakukan aktivitas MCK di Kali Rawara, Kampung Meyah Lama. Empat tembakan dilepaskan dari seberang sungai oleh anggota KKB. Ajaib, tak ada korban jiwa, namun trauma dan pesan ancaman yang tersisa begitu nyata.
Serangan itu terjadi ketika mereka sedang membantu pencarian Iptu Tomi S Marbun, perwira polisi yang hilang sejak Desember 2024 dalam tugasnya mengejar anggota KKB. Empati dan niat baik itu dibalas dengan senjata.
Hasanuddin menekankan pentingnya pendekatan komprehensif di Papua: keamanan, sosial, dan dialog. Namun, ia mengingatkan bahwa kekerasan bersenjata seperti ini tidak bisa dibiarkan.
“Kita tidak boleh membiarkan ini berulang. Perlindungan terhadap petugas negara, termasuk Komnas HAM, adalah prioritas,” tegasnya.
Hari ini, sorotan tertuju bukan hanya pada tragedi yang nyaris terjadi, tetapi juga pada pertanyaan besar tentang bagaimana kita, sebagai bangsa, melindungi mereka yang mengabdi di medan paling sunyi demi kemanusiaan.