Pegunungan Bintang – Pada agenda asistensi hari kedua, fokus utama tim adalah pengecekan langsung kondisi personel di lapangan serta pemberian dukungan alat dan pelatihan singkat. “Kita datang bukan hanya untuk memantau, tapi juga membantu mengatasi kendala yang mereka hadapi,” ujar AKBP Cliffry Steiny Lapian saat memimpin apel pagi bersama sekitar 35 anggota yang berpencar di dua pos.
AKBP Sukamat, selaku Kasatgas Intelijen, menggelar sesi dialog terbuka dengan para perwira dan bintara di Pos Satgas Tindak Mako. Ia menekankan pentingnya sharing intelijen lokal—seperti rute patroli yang rawan longsor dan titik-titik blank spot sinyal—sebagai upaya proaktif menekan potensi gangguan keamanan. “Kita perlu memastikan info dari masyarakat dapat terakses cepat, sehingga respon bisa langsung dilakukan,” katanya.
Di sisi lain, AKBP Agus Waluyo berkeliling memeriksa logistik Banops, dari stok BBM motor patroli hingga ketersediaan spare part radio. Ia juga memimpin simulasi singkat cara penggunaan repeater portable dan setup antena high-gain, agar setiap personel—terutama yang ditempatkan di kamp terpencil—tahu bagaimana menjaga komunikasi tetap stabil di medan berat.
Sesi kunjungan tak hanya bersifat teknis. Dalam pertemuan informal di kantin lapangan, tim Asistensi mendengarkan aspirasi anggota—mulai tantangan akses air bersih hingga kebutuhan dukungan kesehatan mental saat tugas jauh dari keluarga. “Kami catat semua masukan, nanti akan kami laporkan ke pimpinan untuk disiapkan perbaikan fasilitas dan skema rotasi yang lebih manusiawi,” ucap AKBP Lapian.
Seluruh rangkaian asistensi berjalan lancar, aman, dan tanpa hambatan berarti, membuktikan tingkat kesiapan tinggi seluruh unsur di lapangan. Dengan bekal data yang komprehensif dan semangat gotong royong, tim Ops Damai Cartenz-2025 optimis fase berikutnya akan makin efektif dalam menghadirkan stabilitas dan rasa aman bagi masyarakat Pegunungan Bintang.
