Jubirnews.com – Akhir-akhir ini telah viral pemberitaan mengenai warga asli papua dan mahasiswa papua menggalang dana untuk Veronica Koman. Namun, informasi tersebut sudah dapat dipastikan berita tidak benar alias hoax.
Penggalangan dana tersebut disebutkan akan dibuat untuk membantu Veronica Koman mengembalikan beasiswa Kementrian Keuangan yang sebelumnya telah diterima. Akan tetapi, Menteri Keuangan memutuskan untuk meminta kembali dengan beberapa alasan kuat.
Veronica Koman juga sampai hari ini telah menjadi perbincangan publik karena masih menjadi buronan Interpol dan masuk ke dalam Daftar Pencarian Orang Polri (DPO).
Namun belum lama ini, sekelompok orang yang menamakan dirinya Tim Solidaritas Rakyat Papua tiba-tiba muncul. Tim tersebut ternyata berusaha mengembalikan uang yang diminta oleh LPDP kepada penggiat Hak Asasi Manusia tersebut.
Tim solidaritas langsung menggalang dana pada saat tagihan finansial dari LPDP kepada Veronica muncul. Bahkan menurutnya, uang yang terkumpul tersebut bukan hanya dari rakyat Papua saja melainkan juga ada dari tim solidaritas internasional.
Rencananya uang tersebut akan dikembalikan kepada Kementerian Keuangan dari tim solidaritas pada hari Rabu (16/9/2020) kemarin pada pukul 13.00 WIB.
“Kami mewakili rakyat Papua akan antar pengembalian dana beasiswa LPDP terhadap Veronica Koman ke Kementerian Keuangan,” kata Ambrosius.
Bahkan Veronica Koman pun sesumbar bahwa dirinya kini bisa mencapai pendidikan masternya bukan karena pemerintah Indonesia melainkan dari rakyat Papua.
“Dengan ini saya ingin tekankan bahwa berarti saya dibiayai kuliah bukan oleh pemerintah Indonesia namun oleh rakyat Papua,” tuturnya.
Namun hal tersebut berbanding terbalik pernyataan pihak LPDP melalui siaran pers resminya pada 12 Agustus 2020 lalu.
Veronica Koman disebut telah melanggar perjanjian bagi penerima beasiswa yang telah disetujuinya sejak mendaftar jadi salah satu penerima beasiswa.
Aktivis HAM tersebut mengingkari perjanjian untuk kembali ke Indonesia setelah studinya selesai dan ikut berkontribusi dalam pembangunan Indonesia.
Namun kenyataannya usai melaksanakan pendidikan di Australia dengan biaya dari beasiswa LPDP, Veronica tak sekalipun kembali ke tanah air.
Oleh sebab itu, LPDP sempat melayangkan serangkaian peringatan pada pihak yang bersangkutan.
Lembaga di bawah Kementerian Keuangan tersebut mengungkapkan bukan hanya Veronica saja yang terikat oleh perjanjian tersebut.
Semua alumni penerima beasiswa LPDP juga mendapat perlakuan yang sama bila mengingkari perjanjian dan kewajiban penerima beasiswa yang telah mereka setujui sejak mendaftar.
Bahkan klaim Veronica yang telah kembali ke Indonesia pada tahun 2018 tersebut ternyata palsu.
Pada waktu itu kembalinya Veronica ke Indonesia untuk mendampingi aksi mahasiswa di Surabaya dan kembali lagi ke Australia tersebut saat aktivis HAM itu belum merampungkan studinya.
Melansir dari siaran pers LPDP, Veronica dikabarkan lulus dari pendidikan masternya di Australia pada Juli 2019.
Dan setelah itu, Veronica tak kembali ke Indonesia hingga keputusan LPDP untuk meminta pengembalian uang beasiswa itupun dilayangkan.
Bahkan Veronica disebut telah menyetujui untuk mengembalikan biaya pendidikan dari LPDP tersebut dengan sistem dicicil.
Diketahui ternyata Veronica telah membayar cicilan pertama pengembalian dana beasiswa pada LPDP sebesar Rp 64,5 juta.
Namun cicilan selanjutnya tak dibayar oleh Veronica hingga muncul pemberitaan mengenai pengumpulan dana dari tim solidaritas Ebamukai yang mengatasnamakan rakyat Papua.
Parahnya lagi, beberapa sumber terpercaya telah memberikan informasi yang membenarkan hal tersebut.
Salah satu warga yang enggan disebutkan namanya karena alasan tertentu mengungkapkan bahwa penggalangan dana yang dilakukan selama ini hanya sandiwara.
Sebab, lanjutnya, selama ini dia (Veronica Koman) telah digandeng oleh beberapa petinggi politik di Papua.
“Apalagi ini menjelang Pilkada, Veronica Koman memanfaatkan momen seperti ini untuk mencari pendukung. Jadi, dia (Veronica Koman) selama ini hanya mengatasnamakan masyarakat Papua,” ucap warga.
Teman-teman yang ada di sana, lanjutnya, mereka semua tidak ada yang mengetahui tentang penggalangan dana tersebut untuk siapa.
“Sudah sangat jelas jika dana ini atau semua acara yang berbau mahasiswa dan masyarakat Papua ya hanya permainan kelompok politik di Papua yang memiliki kepentingan saja,” tegas warga.
Penting juga untuk diketahui bahwa warga tersebut sudah lama sebenarnya mengikuti perkembangan Veronica Koman. Menurutnya, di awal Veronica Koman datang dengan tujuan yang baik. Namun, lanjutnya, semakin hari hanya memanfaatkan dan mengatasnamakan masyarakat dan mahasiswa Papua saja.
“Jadi, tolong pemerintah dan aparat penegak hukum harus cepat mengambil langkah. apabila dibiarkan, bisa berdampak yang lebih fatal lagi,” ucap warga.
Bahkan yang lebih mengejutkan lagi saat warga tersebut mengungkapkan penggalangan dana tersebut dilandasi dengan ancaman dari Kelompok Kriminal Bersenjata atau KKB.
“Karena kami juga sebenarnya diam-diam diancam oleh para KKB sehingga kami juga terpaksa untuk menyumbang,” lanjut warga.
Namun, lanjut warga kita, mengingat kebrutalan yang dilakukan KKB kepada kita semua terutama mereka yang ada di pegunungan.
Bisa diambil kesimpulan juga bahwa sebenarnya tindakan brutal dan tidak manusiawi yang dilakukan KKB kepada masyarakat menyebabkan ketakutan yang teramat pedih.
“Kami semua hanya ikut-ikutan saja karena begitu brutalnya kkb terhadap kami semua. Kami ikut kegiatan yang ternyata telah disetting oleh beberapa oknum politik busuk dan licik yang ada di tanah Papua ini tanpa mengetahui apa dampak yang akan terjadi,” ucap warga sambil meneteskan air mata.
Setelah itu, lanjut warga, kami semua mengumpulkan uang yang kita miliki ke dalam kotak-kotak yang telah disediakan sebelumnya.
“Kami takut, beberapa dari kami yang ada di kampung mendapatkan uang yang mana uang tersebut diberikan kepada kami untuk dimasukkan ke kotak-kotak yang sudha mereka sediakan sebelumnya. Kami juga takut karena dalam minggu-minggu ini saja begitu banyak kejadian. Atas nama masyarakat asli Papua, kami semua tentu tidak mau ada resiko apapun. Murni kami hanya ikut-ikutan saja,” ucap warga.